Search

Selasa, 30 November 2010

pantai impian, lingga utara, pulau lingga, kepulauan riau

pantai impian, lingga island
0/04/2008 - 05:56
Berburu Harta Karun ke Lingga
Iwan Ulhaq Panggu

(lumbungbalitours.com)
INILAH.COM, Jakarta - Ingin berburu harta karun? Datanglah ke Pulau Kute. Harta karun bekas kerajaan Lingga terbengkalai dan tercecer di pantai berlumpur Pulau Kute, Lingga, Riau. Pernah ditemukan patung kepala Marcopolo.
Seorang pengumpul benda bersejarah, Tengku Kelana mengatakan di Batam, Sabtu (19/4), pada musim-musim tertentu harta karun yang terpendam di tanah berlumpur muncul ke permukaan. "Biasanya, usai musim hujan, setelah air laut pasang, barang-barang itu bermunculan ke permukaan tanah," katanya.
Hanya diperlukan kayu panjang untuk menemukan harta karun berupa keramik, patung-patung dan pernak-pernik peninggalan Kerajaan Lingga lain. Kayu panjang itu cukup ditusuk-tusukan ke dalam tanah berlumpur, bila kayu membentur benda keras, maka bisa dipastikan itu adalah harta karun.
Menurut Tengku, harta karun yang tersimpan di Pulau Kute tidak rusak meskipun berumur hingga ribuan tahun, karena karakteristik lumpur tidak merusak. "Kalau di pasir, keramik bisa bopeng-bopeng," katanya.
Kesultanan Riau-Lingga merupakan kerajaan Islam yang berdiri di Kepulauan Riau, Indonesia pada paruh pertama abad ke-19. Secara historis, kemunculan kesultanan ini bisa dirunut dari sejarah Kesultanan Malaka dan Johor. Ketika Kesultanan Malaka berdiri pada abad ke-15, Riau-Lingga merupakan daerah yang termasuk dalam kekuasaan Malaka.
Di saat Malaka runtuh karena serangan kolonialis Portugis, muncul kemudian Kerajaan Riau-Johor yang menggantikan posisi Malaka sebagai representasi kekuatan politik puak Melayu di kawasan tersebut. Ketika itu, Riau-Lingga termasuk wilayah yang berada dalam kekuasaan Riau-Johor.
Dalam perkembangannya, Kerajaan Riau-Johor pun melemah akibat faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah konspirasi jahat kolonial Inggris dan Belanda yang terangkum dalam Traktat London yang ditandatangani pada tanggal 17 Maret 1824. Isi traktat membagi wilayah kerajaan Melayu menjadi dua pemilik, Inggris dan Belanda.
Semenanjung Malaya dan Singapura menjadi milik Inggris, sedangkan Sumatera dan Jawa menjadi milik Belanda. Akibat dari penerapan isi perjanjian tersebut adalah terpecahnya kerajaan Melayu menjadi dua, Johor di Malaysia dan Riau-Lingga di Kepulauan Riau.
Sejak tahun 1824 itu, Riau-Lingga resmi berdiri dan menjadi kerajaan yang terpisah dari Johor. Sultan pertama yang menduduki tahta di Riau Lingga adalah Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah.
Ihwal harta karun yang ditemukan di Pulau Kute berasal dari kapal-kapal asing yang karam saat melintasi Selat Malaka. Karena berbentuk teluk, maka sisa-sisa kapal yang tenggelam terkumpul di sana. Mungkin juga berasal dari kapal perompak yang karam.
Karakteristik tanah yang berlumpur diperkirakan menahan benda sejarah itu tertahan saat air laut surut, sehingga tidak terbawa arus laut.
Di rumah seorang warga terdapat beberapa keris khas Melayu peninggalan Kerajaan Lingga. Warga Lingga lain menemukan patung Marcoplo yang kini telah dibeli warga Belanda.
Beberapa warga Lingga menjadikan jual beli harta karun itu sebagai penghasilan tambahan, karena harga barang sejarah itu ditawarkan dengan harga tinggi oleh rumah lelang di Singapura.
Setiap bulan, rumah lelang mengeluarkan daftar barang prasejarah yang dicari, berikut tawaran harga dalam sebuah buku. Dari buku tersebut, warga Lingga mencocokan benda yang mereka miliki.
Tengku Kelana pernah menjual piring seharga puluhan juta. Akhir Maret 2008, mangkuk milik Tengku ditawar Rp300 juta oleh makelar asal Malaysia. Mangkuk yang diperkirakan berumur sekitar 1.000 tahun, peninggalan Dinasti Ming itu istimewa, karena makanan yang diletakan di atasnya anti basi.
"Ketika dites, santan diletakkan di atasnya selama tiga hari, dan hasilnya tidak basi," katanya. Namun, ia menolak untuk menjualnya.
Selain itu, tiga piring berusia 800 tahun peninggalan Dinasti Sung juga ditaksir ratusan juta rupiah. Tiga piring berbeda ukuran itu bermotof ikan, sisik ikan timbul berwarna putih, menurut Tengku, itu ciri-ciri peninggalan Dinasti Sung, berdasarkan buku yang ia baca.
Keturunan Raja Lingga itu juga mengoleksi berbagai jenis uang koin tua, di antaranya koin viktoria, yang pada badan koin tercantum tahun 1883. Ada juga uang satu dolar Hongkong tahun 1867. Di rumahnya terdapat tiga gramophon buatan Inggris dan Amerika, produksi 1889 dan 1887. Semuanya ditemukan di sekitar Lingga

Jumat, 05 November 2010

Sejarah Melayu

Migrasi Manusia Dari Sungai Mekong Ke Dunia Melayu

Sumber : http://sejarahmelayu.wordpress.com/
Sungai Mekong
Sungai Mekong, yang berukuran 4180km panjang, bermula dari Tibet dan melalui Yunnan, wilayah China, Myanmar, Thailand, Laos, Kemboja dan Vietnam. Pakar-pakar Antropologi menjejaki migrasi masyarakat Melayu Proto, yang merupakan pelaut, lebih kurang 10,000 tahun dahulu apabila mereka belayar menggunakan perahu di sepanjang Sungai Mekong dari Yunnan sehingga Laut China Selatan dan akhirnya mendiami di tempat-tempat berbeza.
Mekong
Yunnan
Penduduk-penduduk awal Yunnan dapat dijejaki dalam sejarah sejak 170 juta tahun dahulu dari sebuah fosil homo erectus, ‘Manusia Yuanmou’,yang dijumpai pada tahun 60-an. Pada tahun 221 SM, Qin Shihuang berjaya menakluk Yunnan dan menyatukan China dan sejak itu mula menjadi sebuah wilayah dalam China. Mereka ini terkenal dengan teknik menanam tanaman padi untuk dibuat nasi.
Teori migrasi Yunnan
Teori Melayu Proto berasal dari Yunnan disokong oleh R.H Geldern, J.H.C Kern, J.R Foster, J.R Logen, Slametmuljana dan Asmah Haji Omar. Melayu Proto (Melayu asli) yang pertama sekali datang mempunyai kemahiran dalam bidang pertanian sementara golongan kedua, Melayu Deutro yang tiba sekitar tahun 1500 SM dan mendiami pesisir pantai mempunyai kemahiran menangkap ikan yang tinggi. Semasa berlakunya migrasi itu, kedua-dua golongan berkahwin dengan masyarakat-masyarakat dari pulau-pulau selatan seperti Jawa, serta penduduk tempatan yang berasal dari keturunan Australasia dan Negrito. Walaubagaimanapun masih terdapat beberapa pihak yang tidak mempersetujui teori ini.
Antara bukti-bukti lain yang menyokong teori ini termasuklah:
* Alatan-alatan batu yang dijumpai di Kepulauan Melayu sama dengan alatan-alatan dari Asia Tengah.
* Persamaan adat resam Melayu dan Assam.
* Bahasa Melayu dan Bahasa Kemboja adalah serumpun kerana tempat asal orang-orang Kemboja berasal dari sumber Sungai Mekong.
Delta Mekong
Menurut sejarah Khmer, tamadun terawal ialah tamadun Khmer Funan di Delta Mekong. Empayar Khmer Angkor ialah yang terakhir sebelum mereka mencari perlindungan di pelbagai tempat. Palembang dan Melaka adalah antara tempat berkenaan. Bukti-bukti arkeologi mendapati penduduk awal Kemboja adalah penduduk dari budaya zaman Neolitik. Mereka mahir dalam kemahiran teknikal sementara kumpulan yang lebih maju yang tinggal di pesisir pantai dan lembah Delta Mekong menanam padi.
Teks Melayu Tertua
Teks Melayu Tua
Teks silam Melayu yang dijumpai di Kedukan Bukit, Palembang tahun D mempunyai persamaan dengan muka pintu Yunnan 2006.
Inskripsi Batu Bersurat Kedukan Bukit tahun 682 yang dijumpai di Palembang dan tulisan tradisional masyarakat minoriti Dai adalah berasal bahasa-bahasa Pallava. Etnik Dai Yunnan adalah salah satu penduduk asal wilayah Yunnan, China.
Hubungan Melayu – Cham
Persamaan Bahasa Cham dan Bahasa Melayu dapat ditemui pada nama tempat-tempat seperti Kampong Cham, Kambujadesa, Kampong Chhnang dan sebagainya. Sejarah Melayu dengan jelas menyebut terdapatnya komuniti Cham di Melaka sekitar tahun 1400. Pada pertengahan tahun 1400 apabila Cham tewas kepada orang-orang Vietnam, lebih kurang 120,000 orang terbunuh dan pada sekitar tahun 1600 Raja Champa memeluk Islam. Pada sekitar tahun 1700 raja Muslim terakhir Champa Pô Chien mengumpulkan orang-orangnya dan berhijrah ke selatan Kemboja sementara mereka yang tinggal sepanjang pesisir pantai berhijrah ke Terengganu dan ada yang ke Kelantan.
Persamaan Bahasa Cham dan Melayu
Klik untuk gambar besar.
Wanita Yunnan
Wanita Yunnan hari ini juga memakai kain batik dan sarong. Perkara ini adalah satu persamaan dengan para wanita Melayu.

Pendatang-pendatang Hindu awal

Kedatangan pengaruh Hindu-Buddha mula memasuki kawasan Nusantara hanya beberapa ratus tahun selepas itu. Mereka ini mula memperkenalkan kebudayaan, seni bina, bahasa, tulisan, perkataan, makanan, adat resam, agama, sistem kerajaan, pendidikan moral dan banyak lagi kepada masyarakat setempat. Mereka ini mendirikan kerajaan Melayu tempatan pertama sendiri yang dikenali sebagai Srivijaya atau Vijayanaggar yang bertahan selama 1400 tahun.
Terdapat pelbagai versi kisah-kisah mengenai kedatangan pengaruh Hindu-Buddha ke alam Nusantara dicatitkan. Ini termasuk di dalam penulisan Tun Sri Lanang – Sulalatus As-Salatin, Hikayat Merong Mahawangsa, Hikayat Hang Tuah, Kisah Raja-Raja Pasai dan sebagainya. Bagaimanapun, saya akan huraikan perkara ini kemudian.
Pada masa ini, Asia Tenggara atau Kepulauan Melayu telah terbahagi kepada dua bahagian. Bahagian yang pertama adalah dari kerajaan Srivijaya yang mana kemudiannya pada era moden ini telah membentuk Malaysia, Indonesia dan Singapura. Bahagian yang kedua pula adalah dari kerajaan-kerajaan kuno Burma, Siam dan Khmer yang kemudiannya membentuk negara-negara moden Indo-China seperti Thailand, Vietnam, Kemboja dan sebagainya.
Pengaruh serta kuasa-kuasa Hindu-Buddha ini kemudian memperluaskan penggunaan bahasa serta penulisan mereka di sini. Mereka juga menggelarkan Asia Tenggara dengan nama ‘Suvarnabhumi’ yang bermaksud ‘Tanah-Tanah Emas’.

2,500 tahun dahulu – Zaman Gangsa

Semakin ramai manusia tiba, termasuklah pelaut-pelaut dan puak-puak baru. Tanah Melayu menjadi tempat persimpangan perdagangan laut pada zaman lampau. Pelaut-pelaut yang datang ke pantai Semenanjung Tanah Melayu termasuklah orang-orang India, Mesir, Timur Tengah, Jawa, dan Cina. Ptolemy menamakan Tanah Melayu sebagai Aurea Chersonesus (Semenanjung Emas) sementara Tanah Jawa pula digelar sebagai Labadius satu perkataan yang diubah dari bahasa sanskrit lama. Gelaran asal di dalam Sanskrit ialah Yavadvipa.
Peta Asia Ptolemy
Peta Asia yang dilukis oleh Ptolemy mengikut gambaran beliau. (Klik sini bagi gambar besar)
Pada ketika ini, kemahsyuran dan kemewahan yang terdapat di segenap pelusuk Asia Tenggara telah tersebar luas sejauh eropah. Kemewahan ini kebenyakkannya digambarkan sebagai ‘Kemewahan yang tidak disentuh’ oleh cerdik pandai dari barat pada zaman itu memandangkan tiada kerajaan-kerajaan besar di kawasan sekitar Asia Tenggara.
Claudius PtolemaeusMaka sememangnyalah tidak hairan apabila Claudius Ptolemaeus atau Ptolemy, seorang ilmuan dari Alexandria atau Macedonia amat berminat dengan hasil-hasil bumi di sekitar Asia Tenggara sehingga beliau melukiskan peta Asia mengikut kefahaman beliau. Beliau turut melakarkan peta dunia dalam pengajian beliau mengenai Geografi dunia.
Ini juga menunjukkan bahawa para ilmuan Eropah dan barat telah lama memerhatikan keadaan di sekitar Asia Tenggara atau Nusantara, tetapi atas beberapa sebab, mereka hanya berjaya sampai ke sini pada kurun ke-16. Tetapi disebalik fakta ini, ada beberapa pendapat mengatakan bahawa telah berlaku beberapa siri eksplorasi penjelajahan dari kalangan penduduk Iskandariah atau Alexandria yang mengikuti siri penaklukan Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great.

10,000 – 5,000 tahun dahulu- Neolitik

Masyarakat mula mengetahui cara-cara membina rumah yang mudah dan mereka juga sekarang sudah mengetahui cara berkeluarga. Konsep asas moral dan masyarakat mula diterjemahkan.
Pada era ini jugalah dikatakan bahawa manusia mula memasuki Benua Eropah bagi meluaskan penempatan. Walaupun terdapat penemuan rangka manusia yang berusia lebih kurang 2 juta tahun di Eropah, tetapi belum ada bukti penempatan tetap atau sesebuah penempatan besar di sana sehinggalah pada era Neolitik.
Eropah Era Neolitik
Klik untuk gambar besar.

35,000 – 10,000 tahun dahulu – Mesolitik

Pakar-pakar Antropologi berjaya menjejaki sekumpulan pendatang baru iaitu pelaut-pelaut Melayu Proto yang berhijrah dari Yunnan ke Malaysia. Masyarakat-masyarakat Negrito (Orang Asli) dan masyarakat tempatan yang lain terpaksa berpindah ke lereng-lerang bukit. Di masa inilah manusia mula mengetahui cara-cara berpakaian, memasak, memburu, dan memburu dengan senjata batu yang lebih maju. Teknik berkomunikasi juga telah berkembang.
Ada teori berpendapat, pada era ini juga berlakunya dua pertembungan besar manusia dari 2 era atau zaman di dalam satu zaman. Teori itu mengatakan bahawa manusia dari zaman Mesolitik (dari Yunnan) telah berhijrah ke kawasan Tanah Melayu lalu bertemu dengan penduduk sini iaitu masyarakat Negrito yang masih lagi hidup dalam era Paleolitik.
Manusia dari dua era ini telah berkembang lagi apabila mereka bercampur sesama mereka dan mereka inilah yang kemudiannya digelar ‘Manusia Proto Asia’ yang kemudiannya menjadi ‘Polynesia’, ‘Micronesia’ dan ‘Melanesia’. Mereka-mereka ini kemudiannya berkembang dan bertaburan di sekitar Kepulauan Hawaii, New Zealand, Papua New Gunea, Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina dan beberapa negara sekitar Asia Tenggara lagi. Atas dasar-dasar tersebut juga, mereka-mereka ini dikatakan adalah ‘saudara’ kepada orang-orang Melayu.

40,000 – 35,000 tahun dahulu – Paleolitik

Era Paleolitik adalah sebuah era yang hari ini kita menyebutnya sebagai era ‘zaman batu’ atau ‘ice age’. Manusia-manusia awal menjalani kehidupan yang sederhana dengan menjalankan aktiviti pemburuan. Masyarakat awal masih mendiami di kaki-kaki bukit dan pada hari ini dikenali sebagai Orang Asli. Sekarang, Orang Asli berserta dengan orang-orang Melayu dan masyarakat pribumi Sabah dan Sarawak dikenali sebagai masyarakat bumiputra. 65% populasi di Malaysia adalah dari kalangan mereka.
Pada waktu ini, mengikut kajian DNA yang dilakukan oleh Spencer Wells yang ditaja oleh National Geographic dengan tajuk ‘The Journey of Man: A Genetic Odyssey’, muka bumi keseluruhan adalah masih kosong dan belum dihuni manusia terutamanya di bahagian-bahagian Eropah serta utara muka bumi seperti Russia dan sebagainya.
Apabila berahkirnya zaman ais (ice age), ais mula cair dan membanjiri hampir separuh dari muka bumi terutamanya di bahagian utara. Manusia seperti yang kita ketahui iaitu keturunan dari Nabi Allah Adam Alaih Salam pada ketika itu banyak tinggal atau menghuni sekitar Tanah Arab dan Afrika.
Mereka-mereka ini kemudian berpindah secara nomad apabila ais mula cair. Ada di antara beberapa kumpulan yang menjalani perpindahan ini, memilih untuk tinggal di sekitar Arab, India dan ada yang berjalan terus sehingga China dan Mongolia. Kumpulan yang lain pula melintas melalui Tanah Arab, Iraq, India, Afghanistan dan beberapa negara sekitar sebelum sampai ke tanah semenanjung yang kemudiannya kita gelar, ‘Tanah Melayu’. Ada yang memilih untuk menetap terus di sekitar kawasan ini manakala kumpulan yang paling akhir sekali meneruskan perjalanan sehingga Australia dan New Zealand. Keturunan dari mereka ini kemudiannya digelar ‘native Australian’ pada hari ini.

Tamadun Awal 40,000 – 2,000 Tahun Dahulu Di Tanah Melayu

Zaman Batu
Sejarah awal tamadun manusia di Tanah Melayu telah bermula tidak kurang 200,000 tahun dahulu di mana bukti-bukti kewujudan manusia dapat di jumpai sekitar Kota Tampan di Lenggong, Perak. Anatara penemuan terbesar yang pernah di rekodkan dalam kajian sejarah Malaysia ialah penemuan rangka manusia yang berumur sekitar 11,000 tahun di Leggong yang diberi nama ‘Perak Man’ atau ‘Orang Tampan’.
Di kawasan sekitar Lenggong juga, ditemui beberapa kawasan pembuatan peralatan-peralatan batu bagi membuat andas dan tukul-tukul batu bagi kegunaan manusia pra-sejarah yang masih terpelihara dengan baik.
Selain kewujudan manusia pra-sejarah Tanah Melayu di Lenggong Perak, antara penemuan terbesar Malaysia juga terdapat di sekitar Gua Niah, Sarawak. Bukti-bukti yang berusia lebih kurang 40,000 tahun ini menunjukkan bahawa sudah ada penempatan manusia sejak sekian lama.
Salah satu bukti kewujudan manusia pra-sejarah yang terkenal ialah lukisan-lukisan di dinding Gua Tambun seperti di bawah.


Lukisan Dinding Gua Tambun